Padang, Sumatera Barat — QBeritakan.com
Suasana hangat kawasan wisata Kebun Kita Inthani, Desa Air Dingin, Lubuk Minturun, Kota Padang, mendadak tegang. Sebuah rekaman video memperlihatkan perdebatan antara pemilik tempat wisata dengan Ketua Pemuda setempat, diduga terkait pungutan parkir yang dinilai tidak sesuai dengan kesepakatan awal.
Dalam rekaman tersebut, pemilik wisata tampak menyampaikan keberatan atas perubahan tarif parkir yang melonjak secara sepihak.
> “Hari itu kesepakatan Rp10.000 sudah berjalan, hari ini malah dipatok Rp100.000. Sekarang empat mobil dikenakan Rp100.000,” ujarnya dengan nada tegas.
Pemilik menegaskan, sejak awal telah ada kesepakatan bersama pihak pemuda mengenai tarif parkir kendaraan pengunjung sebesar Rp10.000. Namun pada hari kejadian, tarif tersebut disebut berubah drastis tanpa koordinasi.
Ia juga menilai, langkah yang dilakukan oknum tertentu dapat menimbulkan kesan kurang baik bagi pengunjung yang datang.
> “Ini tamu saya, dan tamu harus dihormati. Kalau mau ada biaya parkir, silakan, tapi jangan berlebihan,” lanjutnya dalam rekaman yang kini beredar di masyarakat.
Persoalan ini bermula ketika rombongan pengunjung diminta membayar parkir hingga Rp100.000 untuk empat unit mobil. Kenaikan tersebut memicu protes dari pihak pengelola wisata, yang merasa aturan parkir seharusnya disepakati bersama dan bersifat transparan.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Ketua Pemuda maupun pemerintah setempat. Namun masyarakat berharap permasalahan ini dapat diselesaikan melalui dialog dan musyawarah, agar tidak berdampak pada iklim pariwisata lokal di kawasan Lubuk Minturun.
Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya membangun kerja sama yang sehat antara pengelola wisata dan masyarakat sekitar, khususnya dalam pengelolaan fasilitas umum seperti area parkir, agar kegiatan wisata dapat berjalan tertib, adil, dan saling menghargai.
---
📰 Reporter: Tim Redaksi QBeritakan.com
📍 Lokasi: Air Dingin, Lubuk Minturun, Kota Padang, Sumatera Barat
📅 Tanggal: 16 Oktober 2025