Oleh: Prasetyo Budi
Lebak, Banten — Dunia pendidikan kembali diguncang oleh kasus yang memantik perdebatan publik. Dua orang tua siswa SMAN 1 Cimarga, Tri Indah Alesti, melaporkan kepala sekolah ke pihak kepolisian setelah anaknya, Indra, diduga ditampar karena ketahuan merokok di lingkungan sekolah.
“Saya tidak ikhlas, tidak ridho anak saya ditampar. Pokoknya akan saya bawa ke jalur hukum karena saya tidak terima,” tegas Tri Indah Alesti, dikutip dari Tribunnews.
Menurutnya, langkah hukum tersebut diambil bukan sekadar karena emosi, melainkan untuk memastikan tidak ada lagi tindakan semena-mena terhadap siswa di sekolah.
Kasus ini pun memicu aksi mogok sekolah oleh sejumlah pelajar yang menilai pihak sekolah bertindak berlebihan terhadap siswa.
Peristiwa ini mengundang beragam pandangan: sebagian menilai guru harus tetap tegas untuk mendidik, sementara yang lain berpendapat bahwa kekerasan fisik tak lagi bisa dibenarkan di ruang pendidikan.
---
Refleksi: Saat Akhlak Generasi Muda Mulai Pudar
Insiden di Cimarga menjadi cermin buram dunia pendidikan kita.
Mari sejenak menoleh ke masa lalu — generasi 90-an, ketika pendidikan bukan hanya soal nilai akademik, tapi juga soal budi pekerti dan akhlak.
Di masa itu, guru bukan sekadar pengajar, melainkan pembentuk karakter.
Teguran dianggap wujud kasih sayang, bukan penghinaan. Kini, seolah semua berubah: guru takut menegur, siswa mudah tersinggung, dan orang tua lebih cepat membawa masalah ke ranah hukum.
Padahal, pendidikan sejati tidak bisa lahir dari ketegangan dan saling curiga.
Sebagaimana pesan Ki Hajar Dewantara, “Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.”
---
Menata Ulang Hubungan Guru, Murid, dan Orang Tua
Sudah saatnya semua pihak kembali menata peran dan tanggung jawabnya.
Guru perlu kembali diberi ruang untuk mendidik dengan wibawa, bukan ketakutan.
Orang tua perlu menjadi mitra, bukan lawan dalam proses pendidikan.
Dan anak-anak harus kembali diajarkan nilai-nilai hormat, disiplin, serta tanggung jawab seperti generasi 90-an dahulu.
Hanya dengan itu, pendidikan Indonesia dapat melahirkan generasi cerdas sekaligus berakhlak.
Karena tanpa akhlak, ilmu hanyalah topeng — bukan penerang bagi masa depan bangsa.
---
🖋️ Penulis: Prasetyo Budi
📍 Lokasi: Lebak, Banten
📆 Tanggal Rilis: Oktober 2025
Redaksi: QBeritakan.com