Oleh: Prasetyo – QBeritakan.com, 31 Oktober 2025
Ketika sains sibuk mengamati lintasan dan kecerlangan komet 3I/ATLAS, sesungguhnya manusia sedang diingatkan akan betapa luasnya semesta ini dan betapa kecilnya kita di tengah kebesaran ciptaan Tuhan. Fenomena ini bukan sekadar peristiwa astronomi — ia adalah momentum untuk merenungkan hubungan antara ilmu pengetahuan dan keimanan.
Sains: Jendela Pengetahuan Alam Semesta
Secara ilmiah, 3I/ATLAS adalah objek antarbintang ketiga yang pernah melintasi tata surya kita, setelah ʻOumuamua dan Borisov. Dengan kecepatan lebih dari 110.000 km/jam, komet ini datang dari sistem bintang yang belum diketahui dan melintas hanya sekali sebelum kembali ke ruang antarbintang.
Para astronom mencatat keanehan pada perilakunya: kecerlangan yang meningkat drastis, komposisi gas yang dominan, dan warna yang berubah-ubah — seolah mengirim pesan bahwa alam selalu menyimpan misteri baru, bahkan di era teknologi canggih.
Bagi dunia sains, peristiwa ini adalah peluang emas untuk memahami bagaimana materi di luar tata surya terbentuk. Tapi bagi hati yang beriman, peristiwa ini juga menjadi ayat kauniyah — tanda kekuasaan Tuhan yang terbentang di langit.
Religi: Ayat Tuhan di Langit
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
> “Dan di langit terdapat tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bagi orang-orang yang yakin.” (QS. Adz-Dzariyat: 20-21)
Fenomena seperti 3I/ATLAS mengingatkan kita bahwa semesta bukan hasil kebetulan. Jutaan benda langit bergerak dengan keteraturan yang luar biasa — hukum-hukum fisika yang oleh ilmuwan disebut gravitasi dan relativitas, oleh orang beriman disebut sebagai sunnatullah: sistem yang diciptakan Allah agar alam berjalan teratur.
Kehadiran komet antarbintang ini juga bisa dimaknai sebagai panggilan untuk bersyukur, bahwa manusia diberi akal untuk meneliti ciptaan Tuhan, namun tetap harus sadar batas. Sejauh apa pun teleskop mengintai, masih ada rahasia yang tak terjangkau oleh ilmu — ruang di mana iman menjadi penerang.
Menyatukan Logika dan Keyakinan
Sains tanpa iman bisa menjadikan manusia sombong terhadap ciptaan. Namun iman tanpa sains bisa membuat manusia buta terhadap kebesaran Tuhan yang nyata.
Komet 3I/ATLAS menjadi contoh sempurna bagaimana kedua sisi ini seharusnya saling menguatkan: ilmuwan meneliti dengan akal, sementara hati manusia mengagumi dengan takjub.
Ketika para astronom menghitung lintasan hiperbolik 3I/ATLAS yang keluar dari tata surya, kita diingatkan bahwa semua benda di langit — seperti halnya kehidupan — memiliki jalannya sendiri. Tidak ada yang kekal di orbit dunia; semua bergerak menuju arah yang telah ditentukan-Nya.
---
Penutup
Komet 3I/ATLAS mungkin akan segera menjauh, tak akan pernah kembali. Namun pesan yang ia tinggalkan begitu jelas: bahwa semesta ini bukan hanya ruang tanpa arti, melainkan kitab terbuka yang menunggu dibaca oleh akal dan hati manusia.
Ilmu pengetahuan menjelaskan “bagaimana” sesuatu terjadi, tetapi iman menjawab “mengapa” semuanya tercipta.
---
🛰️ Penulis: Prasetyo
📷 Foto: NASA / ATLAS Observatory
📰 Rubrik: Opini & Renungan Sains


