Mari Mengukur Kekonsistensian Barisan Calon Presiden

QBeritakan.com
Rabu, 04 Oktober 2023 | Oktober 04, 2023 WIB Last Updated 2023-10-04T08:29:35Z



QBeritakan.com - Warren Bennis pernah mengatakan, bahwa "Menjadi seorang pemimpin identik dengan menjadi diri sendiri. Justru sesederhana itu, dan juga sesulit itu." Kenapa saya membawa statemen yang menjadi quotes pemimpin dari Warren? Karena menjelang tahun politik ini, banyak calon pemimpin yang bertindak palsu.

Diantara mereka ada yang berlebihan memoles diri, dengan berpenampilan menjadi orang lain demi mendapat cipratan baiknya. Ya mungkin karena tidak pede dengan dirinya sendiri. Makanya Warren mengatakan pemimpin yang kental menjadi diri sendiri itu bisa menggambarkan hal sederhana tapi juga menyulitkan. 

Kesederhanaan itu nampak pada diri Ganjar Pranowo, yang terkenal dengan keteguhannya membawa integritas dalam kepemimpinannya di Jawa Tengah. Hal itu diungkapnya dalam podcast bersama Merry Riana, saat ditanya hal membanggakan selama menjabat sebagai gubernur. 

Dengan lugas dia menjawab tentang komitmennya dalam menjaga integritas. Satu kisah diceritakan tentang ASN yang ada di bawahnya. Kepada Ganjar, dia mengutarakan rasa terimakasihnya karena telah membawa lingkungan bersih dari segala bentuk korupsi. Berkat Ganjar, mereka ayem karena tidak lagi memerlukan uang setoran ke atasan.

Hal itu sudah menjadi budaya di lingkungan pemerintahan. Tapi setelah Ganjar masuk, budaya itu hilang. Tidak ada setoran, hingga hadiah yang berpotensi menimbulkan gratifikasi berhasil ditolak. Hal itu kini yang menjadi budaya jajaran pemprov Jateng di era Ganjar menjabat. Semoga budaya baik itu akan berlanjut hingga nanti di masa mendatang. 

Kekonsistensian Ganjar dalam menjalankan amanahnya, sangat berbeda jauh dengan dua kawan capres lainnya. Seperti Anies Baswedan yang tidak konsisten menjaga ucapannya. Baru saja dia mengatakan hal yang mencuri perhatian publik tentang Proyek Strategis Nasional adalah proyek titipan kanan-kiri. 

Statement itu pasti dikeluarkan atas dasar kekuatan data dan fakta lapangan. Tapi apa kabar dengan Anies yang malah sembarangan berucap? Hal itu sudah terkenal semenjak dia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. 

Janjinya membuatkan rumah dengan DP 0% bagi warganya, tapi realisasinya apa? Jumlah satuan rumahnya dipangkas habis-habisan, bahkan hanya berdiri berapa persennya. Belum lagi banyak syarat bertingkat ditentukan bagi siap pembeli rumah yang katanya DP 0% itu. 

Apa kabarnya dengan ucapan PSN adalah garapan titipan? Anies yang mencoba jadi hero, justru membuat resah dan bingung warga karena pernyataannya. Sama halnya dengan Prabowo Subianto yang mencoba menjadi orang lain untuk tampil di muka publik. 

Kali ini ketidakkonsistensiannya keluar dari seni mural atau gravity di dinding kota yang sering kita temui. Jangan salah untuk membuat dinding bercorak cantik perlu izin, dan pembelian bahan bakunya juga menggunakan uang yang dirogoh dari kantong pribadi. 

Tapi itu semua bukan sesuatu yang bernilai di mata Prabowo. Dia menyebut seniman mural dan gravity itu hanya anak-anak nakal di pinggiran jalan. Hal itu dikatakan dalam forum sebesar panggung APEKSI di medan beberapa bulan lalu. para peneliti mengatakan Prabowo hanya memberikan telah melakukan perundungan. 

Sebagai calon pemimpin dia bukan sosok yang aktif dalam menciptakan ruang inovatif untuk para seniman. Selain itu Prabowo juga dianggap mengkritik sembarangan, karena tidak melihat pada aturan negara yang telah mengatur kebebasan ruang ramah kebudayaan. 

Permasalahan itu masih menggantung pada diri seorang Prabowo. Bukannya diklarifikasi atau diperbaiki dulu, yang dilakukan Prabowo and the genks sekarang justru meniban mural anak-anak seniman yang dikatainya nakal tadi, dengan gambarnya berjabat tangan bersama Presiden Joko Widodo. 

Begitu menjijikkan, bukan? Menumpangi karya orang lain untuk memperlihatkan prestasinya yang hanya bisa menempeli Jokowi. Bukan cuma di satu daerah, potret yang memperlihatkan kebersamaannya dengan Pak Jokowi itu sudah banyak memblokade mural milik para seniman. 

Sebagian dari mereka bahkan berani menambahkan tulisan menohok, agar Prabowo tidak mencuri tempat karya mereka untuk kepentingan politiknya. Jelas kalau saya jadi mereka, emosi akan menyelimuti hati. 

Dia yang mengatai mereka, dia juga yang menggunakan ruang karyanya untuk membranding diri. Bukan lagi menjilat ludahnya sendiri, tapi merenggut ruang orang lain tanpa izin pemilik gambar. Apalahi belum tentu juga dia melakukan prosedur perizinan kepada pemilik tembok. 

Segitunyakah Prabowo harus memperlihatkan kedekatannya dengan Jokowi? Tidak cukup ternyata dengan baliho-baliho besar yang menutupi spot pemandangan jalan raya. Memang totalitas sekali capres satu itu. Tapi kenapa tidak menempatkannya di space yang tepat? 

Totalitas untuk memamerkan kedekatannya bersama Jokowi terus digencarkan tapi untuk mengerjakan amanahnya tidak sepenuh hati, malah sebaliknya. Jadi apakah Prabowo ini hanya membawa nama Jokowi untuk dimanfaatkan saja, kah? 

Kenapa pertanyaan itu tiba-tiba muncul dalam benakku? Karena saya tidak melihat kontribusi jelasnya capres Gerindra itu dalam membangun kemajuan negara. Semakin nampak bukan bahwa untuk implementasi pemimpin yang menjadi diri sendiri, Prabowo begitu kesulitan. Watak aslinya itu sudah menempel dan nampak kental dalam dirinya. 

Secantik dan semulus apapun polesannya, watak keras tidak akan bisa dihilangkan. Begitu juga Anies yang dipakaikan jubah perubahan oleh pengusungnya. Dia bukan menampakkan bagaimana perubahan baik yang akan dihadirkan dari era sekarang menuju masanya nanti, justru hanya untuk memperlihatkan fenomena antitesanya dari pemimpin sekarang. 

Pemimpin sederhana yang dimaksud Warren tadi, saya temukan hanya pada diri seorang Ganjar. Katakan saja bahwa dia tidak punya pengaruh orang lain, untuk mengekspose dirinya sebagai capres. 

Ganjar Adalah Ganjar yang melakukan segala hal itu berdasarkan kecakapannya, tidak membawa nama orang lain. Dia bertindak hanya atas namanya seorang sebagai seorang pemimpin. 

Jadi gimana sudah menentukan pilihan, belum? Mau capres yang ngatain seniman sebagai anak nakal, dan menghilangkan kebebasanmu dalam berkarya? Atau capres yang menggaungkan perubahan, entah terlepas nanti sebuah restorasi apa yang direalisasikan? Ganjar? Kalau dia sudah ketetapan karena hanya dia pilihannya yang tepat, tidak bisa dipukul rata dengan dua lainnya. Ya hanya Ganjar Adalah Ganjar pastinya.     
       
Nikmatul Sugiyarto

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mari Mengukur Kekonsistensian Barisan Calon Presiden

Trending Now