QBeritakan.com - Ada yang menarik perhatian publik ketika Pawai Pembangunan Kota Solo, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengenakan pakaian yang dinilai nyeleneh oleh sebagian orang, hingga berbuah berbagai penafsiran beragam.
Mas Wali sendiri cuex bebek dan mengatakan bila itu temanya 'Retribusi.' Tema tersebut dipilih agar masyarakat mengetahui 17 prioritas pembangunan di Kota Solo, dan agar tahu bahwa pembangunan di Kota Solo satu per satu sudah terealisasi dengan sangat baik.
Sedangkan warganet menilai ada makna lain di balik tulisan di punggung sang pemimpin muda yang sukses merubah Kota Solo.
Tentu yang terbanyak adalah menafsirkan bila putra sulung orang nomor satu di republik ini tengah berkirim pesan menolak disebut petugas partai.
Banyak juga yang menyukai dengan gayanya yang berbeda, namun sebaliknya ada juga yang merundungnya dari pihak yang selama ini anti pemerintah. Tapi apapun itu, Gibran adalah Gibran, anak yang katanya bau kencur, tapi karyanya jauh lebih hebat dari yang bau tanah.
Itu sebabnya mengapa penulis sekarang lebih menyukai untuk mendukung sosok-sosok muda yang menjadi pejabat publik, karena nyata lebih visioner, lebih sigap dan jauh lebih adaptif dengan Revolusi Industri 4.0. Sedangkan yang senior lebih baik jadi mentor saja.
Jadi biarkan Gibran yang bermakna "Gigih dan Berani" itu tetap menjadi petugas parkir, agar banyak investasi yang parkir di Solo, sehingga Solo semakin maju.
Biarkan juga banyak event yang parkir di Solo, agar UMKM-nya semakin bergairah, dan wisatawan ikut parkir di Solo.
https://youtu.be/fESNTgy3dBo
Salam parkir kemajuan
Wahyu Sutono
Mas Wali sendiri cuex bebek dan mengatakan bila itu temanya 'Retribusi.' Tema tersebut dipilih agar masyarakat mengetahui 17 prioritas pembangunan di Kota Solo, dan agar tahu bahwa pembangunan di Kota Solo satu per satu sudah terealisasi dengan sangat baik.
Sedangkan warganet menilai ada makna lain di balik tulisan di punggung sang pemimpin muda yang sukses merubah Kota Solo.
Tentu yang terbanyak adalah menafsirkan bila putra sulung orang nomor satu di republik ini tengah berkirim pesan menolak disebut petugas partai.
Banyak juga yang menyukai dengan gayanya yang berbeda, namun sebaliknya ada juga yang merundungnya dari pihak yang selama ini anti pemerintah. Tapi apapun itu, Gibran adalah Gibran, anak yang katanya bau kencur, tapi karyanya jauh lebih hebat dari yang bau tanah.
Itu sebabnya mengapa penulis sekarang lebih menyukai untuk mendukung sosok-sosok muda yang menjadi pejabat publik, karena nyata lebih visioner, lebih sigap dan jauh lebih adaptif dengan Revolusi Industri 4.0. Sedangkan yang senior lebih baik jadi mentor saja.
Jadi biarkan Gibran yang bermakna "Gigih dan Berani" itu tetap menjadi petugas parkir, agar banyak investasi yang parkir di Solo, sehingga Solo semakin maju.
Biarkan juga banyak event yang parkir di Solo, agar UMKM-nya semakin bergairah, dan wisatawan ikut parkir di Solo.
https://youtu.be/fESNTgy3dBo
Salam parkir kemajuan
Wahyu Sutono
