JANGAN ABAIKAN AKU "Luka Itu Tak Pernah Benar-Benar Sembuh"

Wartawan Goes Too Campus
Kamis, 08 Desember 2022 | Desember 08, 2022 WIB Last Updated 2022-12-21T17:08:14Z


QBeritakan.com - JANGAN ABAIKAN AKU "Luka Itu Tak Pernah Benar-Benar Sembuh"

Aku adalah anak kelima dari 6 bersaudara. Sebagai kakaknya si bungsu bisa dibilang aku adalah anak bungsu yang posisinya digeser oleh si bungsu. Dari yang biasanya paling disayang dan diperhatikan tiba-tiba harus kehilangan itu gara-gara hadirnya si bungsu. Aku tidak dipersiapkan menerima kehadiran seorang adik dan dipaksa beradaptasi sendiri kehilangan perhatian dan kasih sayang yang pernah kunikmati sebelumnya.

Bukannya aku tidak disayang lagi setelah aku punya adik. Tapi tentu saja disayangnya beda dengan saat masih menjadi si bungsu. Akhirnya aku dikenal sebagai anak yang tukang ngambek, merajuk. Dikit-dikit merajuk..dikit-dikit merajuk. 
 
Sampai pernah suatu ketika ibu kesal menghadapiku yang merajuk akhirnya mengabaikanku sepanjang hari. Tak perduli mata ku sampai bengkak sembab karena menangis ibu tetap mengabaikanku. Aku sangat terluka. Sampai sekarang aku tidak ingat apa sebabnya aku merajuk saat itu, tapi yang kuingat adalah aku terluka oleh sikap ibu yang mengabaikanku.

Kejadian itu akhirnya melekat dan sangat membekas dalam ingatan dan selalu perasaanku terluka setiap kali ibu mengabaikanku. Dan itu pula lah yang membuatku sampai sekarang selalu benci kalau diabaikan oleh orang yang kucintai.

Semua orang juga begitu ya. Pasti benci lah kalau diabaikan pacarnya. Terus marah, ngambek..ngomel..atau apalah-apalah. 
 
Kalau aku justru malah jadi diam. Aku yang biasanya cuek, terbuka, dan periang akan berubah jadi pendiam dan menutup diri. 
 
Aku yang biasanya percaya diri jadi tidak percaya diri lagi. Aku jadi tidak yakin pantas untuk dicintai. Mudah gugup, suka berfikir negatif dan takut akan banyak hal. 
 
Aku merasa seseorang sedang mengambil tempatku dan perhatian yang seharusnya untukku sedang beralih padanya. Dan setiap kali sendirian aku jadi sering menangis. 
 
Kadang tiba-tiba saja menangis seolah aku ini gadis kecil yang ditinggalkan ibunya di belantara yang senyap.

Nah, yang kubenci itu sebenarnya bukan diabaikannya tapi efek yang timbul karenanya. Sebagai orang dewasa aku seharusnya bisa lebih bijaksana menerima situasi ketika orang yang kucintai mengabaikan ku. 
 
Iya, aku mengerti dia sibuk, dia tidak bermaksud mengabaikanku, itu bukan berarti dia tidak mencintaiku, tapi tetaaap saja efek perasaan diabaikan itu menyerangku. Ah, sungguh lebay..Dan aku benci perasaan itu.

Biasanya aku selalu berusaha melawan perasaan ini. Mencoba mengalihkan perhatian. Mencoba mengubah cara berfikirku. Kadang berhasil. Tapi lebih sering gagal. Dan aku benci saat gagal mengatasinya. 

Luka itu tak pernah benar-benar sembuh. Pernah kutanya diriku sendiri..apa yang bisa membuatnya sembuh? Yang langsung terlintas adalah Ibu ku. Cuma ibu yang bisa menyembuhkannya. Tapi entah, mungkin ibu tak pernah menyadari kalau aku sampai seperti itu. Yang ibu tau aku anak yang paling ceria. Selalu riang, nyaris seperti tanpa masalah.


Di hari-hari terakhir hidupnya, aku pernah ingin membahas tentang ini. Menyelesaikan semuanya. Tapi tak pernah berhasil ku ungkapkan keinginanku. Dan tak pernah yakin bisa menyelesaikannya. Sampai sekarang, setiap kali aku merasa diabaikan aku akan merasa seperti ada perempuan kecil  berusia 6 tahun di dalam diriku yang terus merengek menggapai ibu. Sementara ibu terus berpaling menjauh dan akhirnya gadis kecil itu menatap hampa tak berdaya. Lalu masuk ke ruang kosong yang gelap..terduduk sendiri. Bahkan airmatanya tak bisa lagi mengalir. Dan membiarkan gelap memeluknya. ah..gadis kecil yang malang. Dan aku sangat benci hal ini.

Kuharap padamu yang pernah mencuri hatiku, jangan abaikan aku. Karena aku benci menjadi sosok lain jika kau melakukannya.

#curcolinimah
#amimustafa

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • JANGAN ABAIKAN AKU "Luka Itu Tak Pernah Benar-Benar Sembuh"

Trending Now