Iklan

Sumpah Pemuda 2025: Generasi Scroll yang Lupa Bersumpah

Prasetyo Budi
Selasa, 28 Oktober 2025 | Oktober 28, 2025 WIB Last Updated 2025-10-28T14:31:38Z


Oleh: Prasetyo Budi
(QBeritakan.com)

QBeritakan.com – Hampir satu abad setelah para pemuda 1928 berani mengikrarkan Sumpah Pemuda, bangsa ini masih berdiri. Tapi pertanyaan yang paling jujur—dan paling menyakitkan—adalah: apakah semangat sumpah itu masih hidup di dada pemuda hari ini?


Kini, generasi muda kita hidup di tengah kemudahan digital, tetapi justru terancam kehilangan arah. Mereka bisa bersatu dalam tren, tapi tercerai dalam nilai. Bisa viral dalam sekejap, tapi cepat lupa makna perjuangan. Generasi scroll — begitu mereka disebut — karena jempolnya lebih aktif dari pikirannya.


Sumpah Pemuda dulu lahir dari perlawanan terhadap penjajahan fisik. Tapi hari ini, penjajahan itu telah berubah bentuk: menjadi ketergantungan terhadap konten instan, pencitraan semu, dan budaya “asal terkenal”. Nasionalisme bergeser menjadi sekadar filter merah putih di media sosial setiap 28 Oktober, lalu menghilang di tanggal 28.


Kita sedang menyaksikan perubahan besar di mana identitas nasional dikalahkan oleh algoritma, dan idealisme dikorbankan demi “engagement”. Di sinilah krisis itu nyata—ketika semangat persatuan kalah oleh ego pribadi, dan perjuangan kalah oleh kenyamanan.


Padahal, negeri ini sedang butuh generasi yang berani bicara kebenaran, bukan hanya meniru suara mayoritas. Butuh anak muda yang berpikir kritis, bukan reaktif; bekerja nyata, bukan hanya berkomentar.


Ironisnya, banyak yang mengaku cinta tanah air, tapi malas memperbaiki lingkungannya. Banyak yang berteriak “Bangga jadi Indonesia!”, tapi enggan bersaing dengan prestasi nyata.


Sumpah Pemuda 2025 seharusnya menjadi alarm kebangkitan moral dan intelektual, bukan hanya perayaan simbolik. Pemuda tidak cukup bersumpah dengan kata-kata — ia harus bersumpah dengan tindakan.

Bersumpah untuk melawan kemunafikan digital, bersumpah untuk menolak ketergantungan pada kenyamanan, dan bersumpah untuk menegakkan kembali nilai-nilai perjuangan dalam kehidupan nyata.

Kita tidak butuh generasi yang viral, tapi generasi yang berjejak.
Tidak butuh pemuda yang sibuk mencari sorotan, tapi pemuda yang jadi penerang.

Sumpah Pemuda bukan sekadar sejarah, tapi peringatan — bahwa bangsa ini bisa maju hanya jika pemudanya berhenti bermain peran dan mulai memainkan perannya.


“Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa” kini harus diterjemahkan ulang:
Satu semangat, satu arah, satu tanggung jawab untuk membangun Indonesia yang berpikir, bukan hanya bersorak.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Sumpah Pemuda 2025: Generasi Scroll yang Lupa Bersumpah

Trending Now

Iklan