Oleh: Bu Aya | QBeritakan.com
Dalam keseharian kita, sering kali hal sederhana di dapur dapat menjadi cermin kehidupan. Salah satunya adalah proses menyangrai lada — butiran kecil yang tampak sepele, namun menyimpan makna mendalam tentang perjuangan, keteguhan, dan transformasi.
Saat lada disangrai di atas wajan panas, ia tidak lagi dalam keadaan nyaman. Panas yang menyentuhnya perlahan mengubah warna, tekstur, dan aromanya. Dari situ, lahirlah keharuman khas yang menggugah selera — sesuatu yang tak mungkin muncul tanpa proses pemanasan itu.
Begitu pula manusia. Dalam perjalanan hidup, kita tak luput dari “panasnya” ujian, tekanan, dan tantangan. Ada kalanya situasi membuat kita merasa nyaris menyerah, namun sesungguhnya di sanalah proses pematangan diri berlangsung. Panas kehidupan mengajarkan kita untuk lebih sabar, kuat, dan bijak menghadapi setiap keadaan.
Lada yang disangrai tidak terbakar sia-sia — ia justru menjadi lebih berharga, memberi rasa dan aroma pada setiap masakan. Sama halnya dengan manusia, setiap pengalaman pahit yang kita jalani akan menambah “rasa” pada kehidupan kita sendiri dan bahkan memberi inspirasi bagi orang lain.
Filosofi ini mengingatkan kita: jangan takut terhadap proses. Panas bukanlah musuh, melainkan bagian dari perjalanan menuju kematangan. Dalam setiap kesulitan, selalu ada potensi keharuman yang menunggu untuk muncul — sebagaimana lada yang disangrai dengan sabar hingga mengeluarkan aroma terbaiknya.
Mari kita belajar dari butiran lada itu — kecil, sederhana, namun kuat menghadapi panas demi memberi makna yang besar bagi kehidupan di sekelilingnya.