Oleh: Redaksi QBeritakan.com
Kategori: Sejarah Nusantara | Sumatra Raya | Warisan Melayu
---
Pendahuluan: Jejak di Tepian Batanghari
Sumatra bagian tengah, di sepanjang aliran Sungai Batanghari, menyimpan kisah kejayaan yang nyaris terlupakan. Di sanalah, sekitar abad ke-13, berdiri sebuah kerajaan bernama Dharmasraya, pusat pemerintahan Melayu yang sempat menjadi penerus kebesaran Sriwijaya.
Dharmasraya bukan hanya wilayah administratif, tetapi simbol peralihan kekuasaan dari dominasi maritim ke kerajaan berbasis agraris dan daratan. Namun, kejayaan itu tidak bertahan lama. Ketika pengaruh luar datang, kekuatan lokal melemah, dan poros kekuasaan berpindah—kerajaan ini pun runtuh secara perlahan, tanpa gempita pertempuran, namun dengan dentuman sejarah.
---
Akar Sejarah: Dari Sriwijaya ke Dharmasraya
Untuk memahami Dharmasraya, kita harus menelusuri akar sejarah Sriwijaya, kerajaan maritim yang mendominasi Selat Malaka sejak abad ke-7. Saat Sriwijaya mulai melemah akibat tekanan dari Chola (India Selatan) dan konflik internal, muncullah kekuatan-kekuatan baru di daratan Sumatra, salah satunya Dharmasraya.
Dharmasraya dikenal dari Prasasti Grahi (1183 M) dan Prasasti Padang Roco (1286 M). Prasasti-prasasti ini menunjukkan hubungan politik dan budaya yang erat antara Sumatra dan Jawa, serta pengaruh kuat Buddhisme Mahayana di wilayah itu.
---
Ekspedisi Pamalayu: Persahabatan atau Penaklukan?
Tahun 1275, Raja Kertanegara dari Singasari mengirim Ekspedisi Pamalayu. Tujuannya? Secara resmi disebut sebagai bentuk diplomasi dan persahabatan. Namun secara de facto, ekspedisi ini adalah langkah strategis Singasari (dan kemudian Majapahit) untuk mengendalikan jalur perdagangan dan melemahkan potensi ancaman dari Sumatra, khususnya sisa-sisa kekuatan Sriwijaya.
Dharmasraya menjadi salah satu target utama. Dalam Prasasti Padang Roco, disebutkan dikirimkannya Arca Amoghapasa sebagai hadiah, simbol kedatangan kekuatan baru dari timur: Jawa.
Sejak saat itu, pengaruh Jawa semakin terasa di Sumatra. Meskipun kerajaan ini secara administratif masih berdiri, namun kekuasaan politiknya telah tergantung pada restu dari Jawa.
---
Adityawarman dan Kebangkitan Pagaruyung
Sekitar tahun 1347, muncul tokoh penting: Adityawarman, bangsawan berdarah campuran Majapahit dan Melayu Dharmasraya. Ia bukan hanya seorang politikus ulung, tetapi juga tokoh budaya dan spiritual. Dengan dukungan dari Majapahit, Adityawarman memindahkan pusat kekuasaan ke Pagaruyung, wilayah Minangkabau yang lebih strategis secara ekonomi dan militer.
Pendirian Kerajaan Pagaruyung menjadi paku terakhir bagi Dharmasraya. Bukan dalam bentuk perang, tapi pergeseran pusat loyalitas, budaya, dan struktur pemerintahan. Sejak saat itu, nama Dharmasraya mulai tenggelam dari dokumen sejarah, digantikan oleh narasi kebesaran Minangkabau.
---
Mengapa Dharmasraya Runtuh?
Keruntuhan Dharmasraya bukanlah hasil dari kekalahan dalam medan perang, melainkan karena beberapa faktor berikut:
1. Tekanan Eksternal
Ekspedisi Pamalayu dan penetrasi politik dari Jawa secara perlahan menggerus kedaulatan Dharmasraya.
2. Pergeseran Pusat Ekonomi dan Budaya
Wilayah Pagaruyung dianggap lebih ideal sebagai pusat pemerintahan karena berada di jalur dagang dan dekat dengan sentra produksi emas Minangkabau.
3. Perubahan Kepemimpinan
Adityawarman membawa struktur baru, yang lebih terorganisir, modern, dan diterima luas oleh masyarakat Minangkabau.
4. Politik Perkawinan dan Diplomasi
Integrasi antara keturunan bangsawan Melayu dan Jawa menjadikan transisi kekuasaan berjalan mulus tanpa konflik besar.
---
Warisan Dharmasraya: Di Antara Prasasti dan Sungai
Kini, Dharmasraya hanyalah nama daerah administratif di Provinsi Sumatra Barat. Namun jejak kejayaannya masih bisa ditemui dalam bentuk prasasti, arca, dan naskah-naskah kuno.
Arca Amoghapasa di Museum Nasional Jakarta, misalnya, adalah salah satu simbol peninggalan paling berharga dari masa Dharmasraya. Sementara itu, sungai Batanghari tetap mengalir, menjadi saksi bisu kebangkitan dan keruntuhan sebuah kerajaan yang pernah berdiri megah di tepian air.
---
Penutup: Saat Mahkota Itu Berpindah Tangan
Keruntuhan Dharmasraya bukan sekadar hilangnya sebuah kerajaan. Ia adalah cermin dari dinamika kekuasaan di Nusantara, bagaimana kekuatan besar bisa surut bukan karena kalah perang, tapi karena gagal menyesuaikan diri dengan zaman.
Dari Sriwijaya ke Dharmasraya, lalu ke Pagaruyung, Sumatra telah lama menjadi panggung peradaban yang luar biasa. Dan meskipun Dharmasraya kini tinggal nama, kisahnya tetap hidup dalam aliran sejarah Nusantara.
---
Tagar:
#Dharmasraya #Sriwijaya #Adityawarman #Pagaruyung #SejarahSumatra #KerajaanNusantara #MelayuTua #QBeritakan #SejarahIndonesia