Iklan

Doa Cinta yang Salah: Indah Didengar, Tapi Bisa Membuatmu Kehilangan

QBeritakan.com
Jumat, 26 September 2025 | September 26, 2025 WIB Last Updated 2025-09-26T04:26:46Z

Oleh: Prasetyo Budi

Lead:
Banyak orang ketika jatuh cinta melafalkan doa-doa indah untuk orang yang dicintai. Namun, tak semua doa romantis itu tepat. Bahkan, doa yang terdengar tulus bisa berbalik menjadi bumerang—membuat kita justru kehilangan dia yang kita cintai. Bagaimana bisa?
---

Doa: Antara Harapan dan Penyerahan

Doa adalah salah satu bentuk ibadah tertinggi dalam Islam. Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Doa itu adalah ibadah.”
(HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)



Ketika berdoa, kita sedang meletakkan seluruh harapan, kelemahan, dan kebutuhan kita di hadapan Allah. Doa adalah senjata seorang mukmin. Namun, senjata ini bisa mengenai sasaran bila digunakan dengan benar, atau justru melukai diri sendiri jika tidak dipahami dengan bijak.
---

Doa Romantis yang Mengandung Risiko

Dalam urusan cinta, banyak orang yang mengekspresikan rasa sayangnya melalui doa. Salah satu yang paling sering terdengar adalah:

> “Ya Allah, muliakanlah orang yang kucintai, bahagiakanlah jiwa raganya.”

Sekilas doa ini sangat indah. Ia terdengar tulus, penuh kasih, bahkan terkesan tanpa pamrih. Namun, di sinilah letak masalahnya: doa tersebut tidak menyertakan peran kita di dalam kebahagiaan orang yang kita cintai.

Jika Allah menilai kita belum layak atau tidak mampu, doa itu justru bisa dikabulkan dengan cara menyerahkan dia kepada orang lain yang lebih mampu memuliakan dan membahagiakannya. Akhirnya, doa yang awalnya terasa manis bisa menjadi “senjata makan tuan.”
---

Panduan Al-Qur’an: Doa yang Menyeluruh

Al-Qur’an memberi panduan doa yang jauh lebih menyeluruh, salah satunya dalam urusan pasangan hidup:

> “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Furqan: 74)


Ayat ini menarik karena tidak hanya meminta pasangan dan keturunan sebagai penyejuk hati, tetapi juga menyertakan doa agar kita sendiri diberi kemampuan menjadi pemimpin kebaikan. Dengan kata lain, doa ini menekankan keterlibatan diri dalam kebahagiaan orang yang kita cintai.
---

Cinta Bukan Sekadar Rasa, Tapi Amanah

Dalam Islam, cinta bukan hanya urusan perasaan. Ia adalah amanah. Menyukai seseorang berarti siap untuk bertanggung jawab atas kebahagiaan, keselamatan, dan kemuliaan orang tersebut.

Jika doa kita hanya berhenti pada “semoga dia bahagia,” kita sedang melepaskan tanggung jawab itu. Padahal, cinta sejati bukan sekadar ingin melihat dia bahagia, melainkan berusaha menjadi penyebab kebahagiaan itu.
---

Berserah dengan Istikharah

Rasulullah ﷺ memberikan solusi agar manusia tidak terjebak dalam doa yang hanya mengikuti hawa nafsu: shalat dan doa istikharah. Dalam hadis disebutkan:

> “Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan akibat urusanku, maka takdirkanlah untukku, mudahkanlah, dan berkahilah aku di dalamnya. Jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk bagiku, maka jauhkanlah dia dariku, dan jauhkanlah aku darinya, serta takdirkanlah kebaikan untukku di mana pun, lalu jadikanlah aku ridha dengannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Doa ini mengajarkan kita keseimbangan: boleh berharap, boleh mencintai, tetapi tetap harus menyerahkan keputusan akhir kepada Allah. Karena Allah mengetahui apa yang terbaik, sementara manusia sering terjebak oleh pandangan sempit dan perasaan sesaat.
---

Pelajaran yang Lebih Luas dari Cinta

Fenomena salah doa ini sesungguhnya tidak hanya terjadi dalam urusan cinta. Prinsipnya berlaku dalam semua aspek kehidupan.

1. Dalam Karier:
Banyak orang berdoa agar mendapat pekerjaan yang baik, tetapi lupa berdoa agar dirinya diberi kecakapan, integritas, dan daya tahan untuk menjalani pekerjaan itu. Akibatnya, ketika doa terkabul, ia justru kewalahan.


2. Dalam Rezeki:
Kita sering berdoa agar rezeki dilapangkan, tapi jarang meminta kebijaksanaan untuk mengelolanya. Akhirnya, banyak orang yang kaya secara materi tapi miskin kebahagiaan, bahkan celaka karena salah mengelola.


3. Dalam Kehidupan Sosial:
Kita berdoa agar masyarakat atau bangsa menjadi lebih baik, tapi lupa berdoa agar diri kita mampu menjadi bagian dari perubahan itu. Padahal, perubahan besar selalu dimulai dari kesiapan individu.

Doa yang tepat selalu mengandung dua unsur: permohonan kepada Allah dan kesiapan diri untuk mengambil peran.
---

Kesimpulan: Jangan Jadi Penonton dalam Doa

Mendoakan kebahagiaan orang yang kita cintai adalah perbuatan mulia. Tapi doa itu bisa menjadi bumerang jika kita hanya menonton dari luar, tanpa menyertakan diri.

Perbaikilah doa kita. Katakanlah misalnya:

> “Ya Allah, jika dia baik untukku, untuk agamaku, kehidupanku, dan akhiratku, maka dekatkanlah dia kepadaku. Jadikanlah aku pasangan hidupnya yang mampu memuliakan, membahagiakan, dan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Limpahkanlah keberkahan, cinta, dan ridha-Mu dalam ikatan kami sampai akhirat.”


Dengan doa seperti ini, kita tidak hanya memohonkan kebahagiaan untuk dia, tetapi juga memohon agar Allah menjadikan kita jalan bagi kebahagiaan itu. Karena pada akhirnya, cinta sejati bukan sekadar melepas doa indah, tetapi keberanian meminta peran dalam doa itu.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Doa Cinta yang Salah: Indah Didengar, Tapi Bisa Membuatmu Kehilangan

Trending Now

Iklan