Penulis: Tim Redaksi | Editor: Prasetyo Budi | Beritakan.com
Jakarta — Optimisme terhadap ekonomi nasional terus menguat. Data resmi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat kenaikan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) sebesar 12,3 persen pada kuartal pertama tahun 2025 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa minat investor asing terhadap Indonesia terus bertumbuh seiring dengan perbaikan iklim usaha, komitmen pemerintah terhadap transisi energi, serta stabilitas politik pasca pemilu.
> “Fokus kami adalah menyederhanakan perizinan dan mempercepat realisasi investasi di sektor-sektor strategis,” kata Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (14/6).
---
Negara Investor Utama: Singapura, Jepang, Jerman
Tiga negara yang mendominasi arus investasi ke Indonesia pada awal tahun ini adalah Singapura, Jepang, dan Jerman. Sektor yang paling banyak menyerap modal adalah:
Teknologi keuangan (fintech)
Energi terbarukan
Manufaktur ekspor (elektronik dan otomotif)
Menurut pengamat ekonomi dari UI, Sri Handayani, lonjakan ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek jangka panjang ekonomi Indonesia.
---
Pasar Saham Indonesia Menguat, IHSG Menuju 8.000
Sementara itu, pasar modal Indonesia turut menunjukkan tren positif. IHSG ditutup menguat di posisi 7.895 poin, mendekati level psikologis 8.000 untuk pertama kalinya sejak pandemi.
Penguatan saham sektor keuangan, teknologi, dan properti menjadi pendorong utama indeks. Investor domestik dan asing sama-sama aktif masuk ke pasar.
Properti dan KPR Menunjukkan Pemulihan
Di sektor properti, permintaan terhadap rumah tapak dan apartemen kembali meningkat, didorong oleh:
Program KPR bersubsidi
Insentif PPN 0 persen
Suku bunga yang stabil
Beberapa bank nasional mencatat kenaikan penyaluran kredit properti sebesar 9 persen sejak Januari 2025, menurut data internal perbankan.
---
Prospek 2025: Pertumbuhan Bisa Tembus 5,5 Persen
Ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa menembus 5,5 persen, asalkan faktor global seperti suku bunga dan harga komoditas tetap stabil.
Namun, risiko eksternal seperti konflik geopolitik, inflasi dunia, dan ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah masih menjadi tantangan utama.
“Pemerintah perlu memperkuat hilirisasi, mengembangkan SDM, dan memperluas basis pajak agar fondasi pertumbuhan lebih kokoh,” ujar Rino Arifin, analis dari Finansia Research.
---
Baca Juga:
---
QBeritakan.com - Terpercaya menyampaikan berita ekonomi, bisnis, dan investasi dari sumber pertama.
📩 Untuk kontribusi artikel atau rilis pers, hubungi: redaksi@beritakan.com