MENJELANG PERANG TERBUKA ( CARIOS PASUNDAN BAGIAN (2)

QBeritakan.com
Sabtu, 04 Mei 2024 | Mei 04, 2024 WIB Last Updated 2024-05-04T05:52:00Z



QBeritakan.comAmpun Gusti, bahwa sisa-sisa para Pemberontak dari Kalapa Dalem, Tanjung, Ancol, Banten Girang, Simpang, Gunung Batu, Saung Agung, Rumbut, Gunung Ageung, Padang, Pagawok, Muntur, Hanum, Pagerwesi, Medhang Kahyangan serta orang-orang dari Gunung Banjar telah meminta perlindungan di Cirebon, dan Cirebon pun melindunginya, perlukah kita menyerang Cirebon....!?" Demikian laporan salah satu Panglima Pajajaran kepada Prabu Surawisesa. 

Mendengar laporan pertanyaan sekaligus dari salah satu Panglimanya, Prabu Surawisesa terdiam sejenak, suasana di Keraton Bhima saat itupun hening. 

Prabu Surawisesa kemudian berdiri, lalu berkata "Aku Segan dengan kakakku, Sang Walangsungsang itu, namun mewarisi darah Siliwangi sama seperti aku, akan tetapi demi keamanan Negara Pajajaran ini, aku titahkan kalian untuk segera mempersiapkan bala tentara kita diperbatasan Cirebon menghadapi guna kemungkinan yang buruk. ..". Mendengar titah tersebut, para Panglima Pajajaran kemudian menjawab “Daulat Tuanku....., Perintah akan kami jalankan”. 

Ditempat lain, Giri, Demak dan Cirebon bersepakat akan menguasai seluruh wilayah Pesisir Pajajaran. Wilayah yang mula-mula akan direbut adalah Banten, kemudian dilanjutkan dengan Kalapa. 

Salah seorang Abdi dari Kuningan yang mengikuti Rapat kemudian bertanya :

"Mengapa mula-mula harus direbut adalah Banten, lebih baik kita merebut wilayah-wilayah Perbatasan Cirebon dan Pajajaran dulu, Seperti Galuh, Rajagaluh, Dermayu, Karawang, Kalapa dan baru kemudian Banten.......!?" 

Salah seorang Utusan Cirebon kemudian menjawab "Sekarang Pajajaran kemungkinan besar akan mensiagakan pasukannya diperbatasan, sulit bagi kita menembusnya, sementara itu di Banten Girang telah terjadi penghindaran pemerintahan, karena penguasaannya telah dilengserkan, sementara di Banten Pesisir, meskipun secara defacto masih diperintah Oleh Pucukumun-nya , akan tetapi sebagian masyarakat sana adalah Pengikut Maulana Hasanuddin yang setia, mudah bagi kita nenek moyangnya, kita tidak perlu membawa banyak tentara, barulah nantinya selepas kita menguasai Banten kita Rebut Kalapa, agar Perjanjian antara Prabu Pajajaran dan Kafir Portugis itu tidak terwujud!” Begitu jawab utusan Cirebon. 

Pada waktu yang telah ditentukan, Ketika Kapal yang mengangkut gabungan tentara Cirebon & Demak berlabuh di Banten Pesisir, huru-hara pun terjadi, namun karena karpet merah telah dipersiapkan oleh Maulana Hasannudin, mereka dengan mudah menerjang tentara Pajajaran yang ditugaskan di daerah itu. 

Bersama Bala tentara Cirebon & Demak, Maulana Hasanuddin mengepung Keraton Banten Pesisir. Pucukumun Banten Pesisir yang tak lain juga sebagai Paman dari Maulana Hasanuddin sendiri tidak bisa berbuat banyak, dia pun akhirnya menyerahkan diri. 

Selepas jatuhnya Banten, Prabu Surawisesa yang baru saja mendapatkan laporan dari Panglima tempurnya meremas-remas kain yang menutupi lututnya, beliau pun kemudian berkata "Kita Kecolongan.....".

Selanjutnya dengan amarah yang berkobar-kobar, Prabu Surawisesa berkata "Perintahkan Bala tentara kita yang ada di Perbatasan Cirebon untuk menyerang Cirebon......!!!" Sementara kalian, segera pimpin pasukan kita untuk merebut Banten.....!!". 

Titah Prabu Surawisesa kala itu terdengar menggelegar, seolah-olah seperti suara terjangan badai yang menabrak bebatuan karang.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • MENJELANG PERANG TERBUKA ( CARIOS PASUNDAN BAGIAN (2)

Trending Now