Jatuhnya Ibukota Pajajaran oleh Ratu Nilakendra

QBeritakan.com
Jumat, 10 Mei 2024 | Mei 10, 2024 WIB Last Updated 2024-05-10T04:46:53Z



QBeritakan.comPada masa Pajajaran diperintah oleh Ratu Nilakendra (Menjabat 1551-1567) hubungan Pajajaran dan Banten memburuk. Perang diantara kedua Kerajaan pun tak terelakan.

Pada awalnya, Perang terjadi di wilayah perbatasan kedua Kerajaan, tetapi dari hari ke hari perang terus meluas sehingga menyebabkan kerugian diantara keduanya. 

Sultan Hasanuddin (Menjabat 1552-1570) memutuskan untuk menyerang Ibu Kota Pajajaran dengan tujuan menaklukannya. Namun selama 9 tahun melakukan upaya Perbutan selalu gagal. Ibu Kota Pajajaran dikisahkan kokoh karena dikelilingi Benteng alam dan Benteng Keraton yang kokoh. 

Muak telah gagal berkali-kali dalam penyerbuan, maka Guna menjebol Benteng, Banten akhirnya menawarkan hadiah iming-iming kepada siapa pun yang berhasil membuka Pintu Gerbang Kota dengan uang dan kedudukan. Iming-iming ini membuat salah seorang Tentara Pajajaran penjaga Benteng gelap mata ia berkhianat di negerinya. Nama tokoh Pajajaran yang berkhianat itu adalah Ki Jonggo. 

Ki Jonggo adalah tentara rendahan yang sering di buli, meskipun pengabdiannya kepada Pajajaran terbilang lama ia tidak pernah naik pangkat, sehingga ia dendam dan memilih menjadi penghianat. 

Akhirnya, ketika Banten melakukan serangan kembali ke Pakuan, salah satu pintu gerbang Kota dibuka oleh Ki Jonggo, akibatnya Tentara Banten mampu menguasai Pakuan dengan cepat dan menawan Kota, bahkan Istana akhirnya dapat ditaklukkan. 

Untungnya, Ratu Nilakendra, sebagai Raja Pajajaran telah terlebih dahulu melarikan diri. Meskipun Ibu Kota Pajajaran telah direbut, Pajajaran pada masa ini masih berdiri, karena Raja Pelarian itu mendirikan Ibu Kota darurat di daerah pedalaman.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Jatuhnya Ibukota Pajajaran oleh Ratu Nilakendra

Trending Now