Sedikit curhatan singkat saya tentang film A Haunting in Venice, film ke-3 yang di adaptasi dari karya Agatha Christie.

Prasetyo Budi
Rabu, 13 September 2023 | September 13, 2023 WIB Last Updated 2023-09-13T13:28:24Z



QBeritakan.com - Film A Haunting in Venice merupakan film ke-3 yang di adaptasi dari karya Agatha Christie dan merupakan film pelengkap trilogy dari perjalanan sang detektif handal asal Belgia ya si Hercule Poirot dalam memecahkan kasus yang penuh dengan misteri berbalut supernatural, setelah kemarin kita di berikan tontonan film horror berbalut misteri via film The Nun 2.

Film A Haunting in Venice ini menceritakan masa pensiunan yang tenang sang detektif Hercule Poirot yang akhirnya terganggu dengan misteri pembunuhan yang cukup aneh, hingga harus membuat Poirot masuk dalam misteri yang belum pernah dia tangani sebelumnya, bahkan misteri kasus pembunuhan di yang pernah dia tanganin di film Murder on the Orient Express (2017) dan Death on the Nile (2022) pun sangat jauh berbeda dengan kasus di film ini.

Tidak usah berlama-lama sekarang saya akan membahas beberapa hal penting dalam film ini:

1. PLOT

Kali ini Hercule Poirot di hadapkan dengan misteri yang bukan hanya misteri kasus pembunuhan biasa, melainkan misteri yang melibatkan nuansa elemen spooky horror berbalut supernatural di dalam plotnya.

Misteri yang akan menampilkan bagaimana sang detektif Poirot harus memecahkan kasus pembunuhan dengan jawaban logis di tengah-tengah kejadian supernatural di luar nalarnya, bahkan sampai membuat Poirot berhadapan dengan gejolak batin di dalam dirinya demi
membedakan mana yang nyata dan yang tak nyata.

Plotnya dari awal berjalan rada cukup slow-burn, musti harus menunggu hingga film berjalan di pertengahan durasi baru kita bisa melihat plotnya mulai memasuki babak yang lumayan seru dan bisa membawa penonton larut ikut dalam memecahkan misteri di dalam filmnya yang kadang rada cukup berbelit-belit.

Walau plotnya menggunakan pola yang standar menuju agak bercabang-cabang dan rada slow-burn, setidaknya twist di dalam film ini bisa di eksekusi dengan lumayan bagus, apalagi plotnya di kemas bukan hanya menggunakan bumbu misteri pembunuhan yang pure, tapi juga menggunakan bumbu paranormal activity wanna be di setiap kejadian di sepanjang plotnya berjalan.

Motif para karakter di dalam film ini juga di tampilkan dengan cukup baik, tapi kadang ada beberapa karakter juga yang motifnya di buat ala kadarnya yang memang hanya ada untuk melengkapi keseluruhan cerita di dalam film ini.

Film ke-3 dari adaptasi cerita karya Agatha Christie lumayan bisa menyajikan tontonan film detektif dalam kemasan horror/misteri yang cukup bisa menghibur para penggemarnya Christie, tapi agak susah untuk menghibur para penikmat pure film bergenre horror, karena film ini memang tidak fokus ke genre horror 100%, tapi hanya berusaha untuk menampilkan kemasan horror untuk membangun plotnya biar nampak terlihat berbeda dengan 2 film sebelumnya.

2. Cast

Untuk jajaran para castnya ya seperti biasa setiap film adaptasi karya Agatha Christie pasti akan tidak berbeda jauh dengan film-film sebelumnya, dimana bintang utama akan bersinar akan bersinar terang dan bintang pendukungnya akan ikut menyinari sebagai pelengkap hiasan di dalam filmnya.

Om Kenneth Branagh kali ini lumayan ada peningkatan dalam menampilkan perannya sebagai sang detektif Hercule Poirot, dimana om Branagh akhirnya bisa mendalam karakternya dengan sangat baik, di tambah aksi om Branagh dalam menangani kasus misteri berbalut supernatural sebagai sang detektif Poirot finally bisa memperlihatkan eksperi wajah yang lebih natural dan seperti sedang berusaha untuk menyadarkan dirinya dengan hal-hal yang tidak masuk di akal yang sedang terjadi di sekitarnya.

Asli sumpah om Branagh kalau udeh jadi sang detektif Hercule Poirot auto bakal langsung tampil maksimal dengan karismanya yang dingin dan antusias dalam memecahkan kasus.

Jujur saya suka aktingnya tante Michelle Yeoh di film ini sebagai Joyce Reynolds sang pemanggil arwah, tante Yeoh tampil dengan cukup baik, walau screen-timenya sedikit.

Sementara aktor Jamie Dornan as Dr. Leslie Ferrier dan Kyle Allen as Maxime Gerard sebagai karakter penghias yang cukup menarik di dalam film ini, apalagi kedua aktor tersebut bisa mendalam perannya cukup baik, tapi tetap Kyle Allen yang paling menjiwa perannya.

3. CINEMATOGRAPHY

Di film ini lagi-lagi om Kenneth Branagh menggandeng om Haris Zambarloukos untuk menangani cinematographynya dan yup hasil kolaborasi mereka berdua kali ini berhasil dalam menampilkan vibe horror ghotic yang cukup memanjakan mata, apalagi pengambilan gambar yang sering memainkan angle kamera dari atas kebawah juga cukup berhasil memberikan cita rasa vibe horror ghotic di setiap adegan di dalam film ini.

Kalau menurut saya pribadi ya kesan awal yang saya lihat dari sinematografi pada awal-awal film ini tuh berasa seperti film The Conjuring 1-2, terus masuk ke pertengahan film ya sinematografinya mulai berasa macam vibe horror ghoticnya film The Nun 2.

Walau plot film ini tidak pure horror, tapi setidaknya film ini bisa memberikan suasana horror via sinematografinya yang berasa banget vibe horror ghoticnya, dimama mata penonton akan di arahkan ke arah sudut gelap dan akan di buat penasaran akan ada apa setelah kamera mengarah ke sudut sebelahnya.

4. SOUND-EDITING

Untuk urusan suara saya beri jempol dah, eksekusi sound-editing di dalam film ini berasa 11/12 dengan cara film Talk To Me mengeksekusi sound-editingnya, dimana setiap detail suara terdengar dengan sangat jelas, mulai dari suara bisikan hingga suara yang spooky pun terdengar dengan jelas banget di setiap adegannya.

Suara angin di beberapa adegan pun malah jadi mayan menyeramkan di film ini, apalagi di padukan dengan pengambilan sinematografi yang mantap bisa membuat adegan yang tadinya harusnya biasa aja, malah jadi rada nyeramin dan bikin penasaran tentunya.

KESIMPULAN

Secara garis besar film A Haunting in Venice ini buat saya pribadi menjadi filmnya detektif Hercule Poirot yang berani tampil beda, tapi cukup gagal menyajikan plot horror yang mencekam dengan misteri yang lebih dark, maklum film ini hanya mendapatkan rating PG-13 so ya gitu dah jadinya ada hal penting yang harus di korbankan yang menjadi daya tarik di film ini.

Jujur kasus pembunuhan dalam film ini tergolong agak lebih simple dan tidak terlalu ribet yang bertele-telenya minta ampun seperti 2 film sebelumnya (Murder on the Orient Express dan Death on the Nile), tapi setidaknya film ini bisa mengadaptasi novel Hallowe'en Party (1969) dengan gaya yang cukup fresh, tapi dengan konsep sederhana nan classic yang lumayan masih bisa di nikmati hingga akhir.

Saya hanya bisa bisa memberikan nilai 8.2/10 untuk film A Haunting in Venice ini karena lumayan bisa menyajikan tontonan film misteri pembunuhan dengan kemasan vibe horror ghotic yang tidak terlalu ribet dengan twist yang cukup baik.

Nah buat kalian-kalian yang penggemar film detektif dan juga penikmat film adaptasi dari karya Agatha Christie ya kudu wajib masukin film ini di list tontonan kalian, selain bisa menikmati suasana horror dengan sinematografi yang indah di film ini, penonton juga bisa ikutan larut dalam membantu detektif Poirot dalam memecahkan kasus mister pembunuhan dengan kemasan horror ghotic.

Oh iya, film ini aman ya buat di tonton bersama keluarga, so kalian boleh ajak keluarga kalian, tapi khusus untuk anak di bawah umur 13 tahun wajib di dampingi yo ama orang yang lebih tua.

Kalian suka nonton sambil berpikir dan menikmati suasana horror? 

Nah berarti film ini cocok untuk kalian tonton 

Sekian curhatan singkat dari saya tentang film A Haunting in Venice ini, semoga curhatan singkat dari saya ini bermanfaat yo.

Sampai jumpa di curhatan singkat berikutnya.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Sedikit curhatan singkat saya tentang film A Haunting in Venice, film ke-3 yang di adaptasi dari karya Agatha Christie.

Trending Now