Dalam kehidupan modern, manusia tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan bahwa uang memegang peranan penting. Hampir semua kebutuhan dasar memerlukan biaya: makan, pendidikan, kesehatan, transportasi, bahkan untuk beribadah sekalipun. Ungkapan “hidup harus berduit” sesungguhnya lahir dari kesadaran praktis, bahwa tanpa uang, manusia akan kesulitan menjalani kehidupan dengan layak. Namun, makna mendalam dari kalimat ini bukanlah sekadar dorongan materialistis, melainkan penekanan bahwa manusia harus berjuang untuk memiliki kemampuan finansial yang cukup, dengan cara yang benar dan bermartabat.
Uang hanyalah alat, bukan tujuan akhir. Ia bisa menjadi sumber keberkahan jika dikelola dengan benar, tetapi bisa juga menjadi fitnah jika diperoleh dengan cara yang salah. Oleh karena itu, bagaimana cara mendapatkan uang jauh lebih penting daripada seberapa banyak uang yang dimiliki. Dalam Islam maupun nilai-nilai kehidupan universal, ada empat kunci utama dalam mencari rezeki: berdoa, berusaha, ikhtiar, dan tawakal. Keempatnya membentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
---
1. Berdoa: Menghubungkan Diri dengan Sumber Rezeki
Doa adalah fondasi utama. Ketika seseorang berdoa, ia sedang mengakui bahwa rezeki pada hakikatnya datang dari Allah, bukan semata hasil kerja kerasnya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
> “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Doa memberikan arah dan makna dalam bekerja. Dengan doa, seseorang tidak hanya berorientasi pada keuntungan materi, tetapi juga mengharapkan keberkahan. Banyak orang kaya yang tidak bahagia karena hartanya diperoleh tanpa doa dan tanpa ridha Allah. Sebaliknya, ada orang sederhana yang merasa cukup, karena dalam setiap langkahnya ia selalu melibatkan doa.
---
2. Berusaha: Kerja Nyata Menuju Cita-Cita
Setelah berdoa, manusia dituntut untuk berusaha. Usaha adalah tindakan nyata, bukti kesungguhan seorang hamba dalam menjemput rezeki. Allah sendiri menegaskan dalam Al-Qur’an:
> “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)
Usaha bisa berupa bekerja sebagai pegawai, berdagang, bertani, mengajar, menciptakan karya, maupun mengembangkan keterampilan baru. Dengan berusaha, manusia menunaikan tanggung jawab hidupnya. Doa tanpa usaha hanyalah harapan kosong. Seperti pepatah Arab mengatakan: “Ikutlah doa dengan usaha, karena doa tanpa usaha hanyalah omong kosong, dan usaha tanpa doa hanyalah kesombongan.”
---
3. Ikhtiar: Strategi dan Jalan yang Benar
Ikhtiar lebih luas daripada usaha. Usaha adalah gerakan fisik, sedangkan ikhtiar adalah strategi dan pilihan jalan yang terbaik. Dalam kehidupan sehari-hari, ikhtiar mencakup bagaimana seseorang merencanakan masa depan, memilih pekerjaan yang halal, mengatur keuangan, serta mencari solusi ketika menghadapi masalah.
Contoh sederhana, seseorang yang ingin sukses berdagang tidak cukup hanya berjualan. Ia perlu memikirkan lokasi strategis, kualitas barang, pelayanan yang ramah, hingga pemasaran yang tepat. Semua itu adalah bagian dari ikhtiar. Ikhtiar menuntut kecerdasan, ketekunan, serta kesediaan untuk terus belajar. Dengan ikhtiar, usaha menjadi lebih terarah dan hasilnya lebih maksimal.
---
4. Tawakal: Ikhlas Menerima Hasil Akhir
Setelah doa, usaha, dan ikhtiar dilakukan, langkah terakhir adalah bertawakal. Tawakal bukan berarti menyerah sebelum berjuang, melainkan menyerahkan hasil akhir kepada Tuhan setelah berusaha maksimal. Sikap ini menumbuhkan ketenangan hati.
Orang yang tawakal tidak mudah kecewa ketika gagal, karena ia sadar bahwa kegagalan adalah bagian dari ujian dan pembelajaran. Sebaliknya, ketika berhasil, ia tidak sombong, karena ia yakin kesuksesan datang dari izin Allah. Inilah keseimbangan yang membuat manusia tetap rendah hati, sabar, dan bersyukur dalam setiap keadaan. Rasulullah SAW bersabda:
> “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki: ia pergi pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Hadis ini menegaskan bahwa tawakal bukan pasrah tanpa usaha. Burung tetap berusaha mencari makanan, tetapi hasilnya ia serahkan kepada Allah.
---
Hidup Berduit yang Bermakna
Ketika doa, usaha, ikhtiar, dan tawakal dijalankan secara seimbang, manusia bukan hanya berduit, tetapi juga memperoleh rezeki yang penuh berkah. Uang yang halal dan berkah akan membawa ketenangan hidup. Dengan uang itu, seseorang bisa menafkahi keluarga, membantu orang miskin, mendukung pendidikan anak-anak, membangun masyarakat, bahkan memperkuat ibadahnya.
Sebaliknya, uang yang diperoleh dengan cara yang salah hanya akan menjadi beban, membawa kegelisahan, dan merusak kehidupan. Oleh karena itu, ungkapan “hidup harus berduit” sejatinya mengandung pesan moral: carilah uang, tapi dengan cara yang benar, jangan pernah menghalalkan segala cara.
---
Penutup
Hidup memang harus berduit, karena tanpa uang, manusia akan kesulitan memenuhi kebutuhannya. Namun, cara memperoleh uang harus sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang benar. Doa menjaga niat tetap lurus, usaha membuktikan kesungguhan, ikhtiar memastikan langkah tetap cerdas, dan tawakal menenangkan hati dalam menerima hasil.
Dengan menjalani empat pilar ini, manusia tidak hanya sekadar berduit, tetapi juga berduit dengan keberkahan. Uang yang diperoleh bukan sekadar angka di rekening, melainkan menjadi jalan kebaikan, kebahagiaan, dan kebermanfaatan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.