Oleh Redaksi Beritakan.com | Cerpen Budaya & Sejarah Lokal
Di balik rindangnya pepohonan tua di kaki Bukit Barisan, berdiri sunyi sebuah rumah panggung kayu. Di pelatarannya, seorang pemuda bersimpuh di hadapan nisan kecil yang nyaris tak terbaca. Hanya sedikit ukiran tua yang masih bisa dikenali:
“Minak Kemala Bumi — Putra Adat, Penjaga Tanah.”
“Siapa dia, Kek?” tanya Radit, pelajar SMA yang baru saja kembali ke kampung setelah lama tinggal di kota.
Kakeknya, seorang sesepuh adat yang kini lebih sering diam daripada berbicara, menatap nisan itu dengan mata berkaca.
“Dia dulu disebut-sebut dengan hormat di setiap sidang adat. Tapi sekarang, bahkan sekolah tak pernah mengajarkan namanya.”
Radit mengernyit. “Padahal kedengarannya seperti pahlawan.”
“Lebih dari itu, Dit. Ia ksatria adat. Ia tak hanya melawan penjajah, tapi menjaga martabat orang Lampung dengan cara yang tak tercatat dalam buku sejarah.”
Mereka yang Berjuang Lewat Adat
Minak Kemala Bumi bukan pejuang yang dikenal lewat pertempuran berdarah. Ia bukan tentara, bukan bangsawan, bukan tokoh kerajaan. Ia lahir sebagai anak dari penyimbang adat, dibesarkan dengan nilai-nilai luhur: Piil Pesenggiri, Juluk Adek, dan Sakai Sambayan.
Ketika Belanda menindas rakyat Lampung lewat tanam paksa dan perampasan tanah, Minak Kemala Bumi tidak lari. Ia tidak mengangkat senjata, melainkan menyatukan masyarakat lewat musyawarah adat dan kearifan lokal. Ia ajarkan cara-cara cerdas bersembunyi, menyembunyikan hasil bumi, dan berpindah-pindah demi menyelamatkan dusun.
“Ia memimpin perlawanan diam-diam. Bukan dengan peluru, tapi dengan pikiran dan kehormatan adat,” ujar sang kakek lirih.
Namanya Tak Tercatat, Tapi Tak Terhapus
Ketika Radit pulang ke rumah dan mencari nama Minak Kemala Bumi di buku sejarah nasional, ia tak menemukan apa-apa.
Tidak ada monumen. Tidak ada halaman khusus. Bahkan Google pun nyaris tak mengenal namanya.
Namun, Radit tidak berhenti di situ. Ia menulis kisah kakeknya ke dalam blog sekolah, memposting potret nisan tua itu ke media sosial, dan membuat video pendek tentang Minak Kemala Bumi—dengan narasi sederhana, tapi penuh makna.
Tak disangka, kontennya viral.
Banyak pemuda Lampung yang mulai mencari tahu siapa tokoh ini. Guru-guru mulai mengangkat kembali cerita-cerita lama yang nyaris hilang. Bahkan beberapa komunitas budaya mulai mengusulkan nama Minak Kemala Bumi sebagai pahlawan lokal Lampung.
Warisan Tak Harus Patung
Kini, meski nisan Minak Kemala Bumi tetap sederhana dan tak bernama megah, cerita tentangnya telah kembali hidup. Bukan lewat patung atau buku sejarah, melainkan dari suara cucu-cucu adat yang menolak melupakan.
Kisah ini merupakan bagian dari serial budaya lokal “Yang Dilupakan, Kini Diangkat Kembali” oleh Beritakan.com.