QBeritakan.com | Internasional | Oleh Tim Redaksi
Ukraina, 1932–1933 – Di antara lembaran sejarah kelam umat manusia, tragedi kelaparan Holodomor menjadi salah satu peristiwa paling mengerikan dan memilukan yang pernah tercatat. Lebih dari 3 juta jiwa – sebagian besar warga sipil – meninggal dalam derita kelaparan yang luar biasa, akibat kebijakan kejam Uni Soviet di bawah kepemimpinan Joseph Stalin.
Holodomor berasal dari bahasa Ukraina, “holod” yang berarti kelaparan dan “moryty” yang berarti membunuh. Tragedi ini bukan sekadar bencana kelaparan, tetapi bentuk nyata genosida melalui kelaparan massal.
Kelaparan yang Direkayasa
Awal mula bencana ini berasal dari kebijakan “kolektivisasi paksa” oleh pemerintah Soviet. Tanah milik rakyat dirampas, dan hasil panen petani disita untuk negara. Ironisnya, walau Ukraina dikenal sebagai “lumbung gandum Eropa”, warganya justru mati kelaparan secara perlahan.
Lebih tragis lagi, ketika musim panen tiba, seluruh hasil pertanian dikuasai aparat, sementara penduduk dilarang meninggalkan desa atau membeli makanan dari luar wilayah.
> “Kami makan daun, akar, kulit pohon... Anak-anak menangis siang malam karena perut kosong. Setiap hari kami kehilangan satu anggota keluarga,” ujar Mykola Kovalenko, salah satu penyintas Holodomor yang masih hidup hingga kini.
Kanibalisme yang Menyayat Nurani
Kelaparan ekstrem memaksa sebagian penduduk melakukan hal yang tak terbayangkan – memakan daging manusia demi bertahan hidup. Kisah seorang ibu bernama Tatiana menjadi simbol penderitaan rakyat kala itu.
> “Aku kehilangan semua anakku karena lapar. Tak ada tenaga untuk menggali kubur. Aku menanam boneka mereka di tanah, sambil menangis dan berharap dunia mendengarkan,” tulis Tatiana dalam catatan pribadinya yang ditemukan bertahun kemudian.
Dunia Baru Tahu Setelah Puluhan Tahun
Rezim Soviet menyembunyikan tragedi ini dari perhatian dunia selama puluhan tahun. Baru pada akhir 1980-an, setelah keruntuhan Uni Soviet, dunia internasional mulai mengakui Holodomor sebagai tragedi kemanusiaan. Kini, lebih dari 20 negara telah mengakui Holodomor sebagai genosida.
Pelajaran dari Luka Sejarah
Holodomor menjadi peringatan keras bagi dunia bahwa kebijakan tirani dan kekuasaan absolut bisa menciptakan penderitaan yang luar biasa. Jutaan nyawa yang hilang bukan sekadar angka, melainkan suara jeritan yang menembus batas waktu.