QBeritakan.com - Wisata Relegi Di Masjid Tuo Kayu Jao,
Asalamualaikum Sahabat Semua, selamat menjelankan Ibadah Puasaya,
alhamdulilah kita masih diberi umur panjang kesehatan sealalu dan hngga
hari ini kita masih bisa berbagi kebahagian di Website tercinta kita
kita ini POTRET PERTANIAN aamiin.
Sahabat
Potret Mumpung masih suasana Bulan Suci Ramadan kali ini saya akan
mengajak sahabat untuk berwisata kesebuah daerah yang berada di
Sumatera Barat Indonesia yang pastinya daerah ini gak lagi diragukan
sebagai destinasi buat siapa saja diseluruh dunia.
Tapi
kai ini saya tidak mengajak anda untk berwisata menkmati keindahan
alam, laut gunung kebun teh, air terjun, atau pantai, tapi kali ini saya
mengajak anda ber wisata religi kesebuah Cagar Budaya disebuah Nagari
kayu Jao kecamatan Gunung Talang Solok Sumatera Barat, yauti MASJID TUO KAYU JAO.
Sebuah
bangunan tua dari kayu berbentuk segi empat berdiri apik di antara
perbukitan menjulang di sekelilingnya, Atapnya berundak dengan lambang
bulan dan bintang menyembul di ujungnya menandakan bangunan ini adalah
rumah ibadah.
Di
salah satu sisi bagian atapnya berbentuk gonjong atau runcing seperti
kebanyakan rumah adat tempatnya berada yakni di tanah Minang, Di samping
bangunan ada aliran anak sungai. Alirannya tak begitu deras namun
sangat jernih, Saat suasana senyap gemericik air terdengar riuh sangat
nyaman didengar.
Meski
usia masjid ini sudah ratusan tahun tetapi masjid ini masih berfungsi
selayaknya tempat ibadah. Bahkan anak-anak kecil masih menjadikan masjid
sebagai tempat menimba ilmu dengan belajar mengaji pada waktu-waktu
tertentu.
Kayu-kayu
jati hitam menandakan bangunan ini pernah menjadi yang termegah pada
masanya. Pilar-pilar kayu pun masih kokoh berdiri meski pada beberapa
pilar terlihat memiliki warna berbeda menunjukkan bangunan ini pernah
direnovasi.
Masjid
Tuo Kayu Jao ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia
terutama bagi Kabupaten Solok dan Propinsi Sumatera Barat umumnya,
Masjid ini dipekirakan sudah berdiri sejak abad ke 16 tepatnya sekitar
tahun 1599. Keberadaan masjid ini sekaligus menjadi bukti bahwa agama
Islam di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat ternyata telah
berkembang sejak abad ke-16. Masjid beratap ijuk yang didirikan oleh
beberapa ulama daerah tersebut tetap dijaga keasliannya hingga kini, Di
sebelah depan masjid terdapat sebuah tabuh (bedug) yang diyakini seumur
dengan masjid tersebut.
Di
samping keasliannya yang tetap terjaga hingga kini, arsitekturnya
masjid ini juga memiliki kesamaan dengan Masjid Demak dan Banten
terutama pada bentuk atapnya yang bersusun tiga. Sedangkan dari sisi
filosofis bangunan masjid ini memiliki beragam perlambang. Atapnya yang
terbuat dari ijuk melambangkan desain rumah adat Minangkabau yaitu Rumah
Gadang. Di bagian mihrab juga diberi gonjong seperti Rumah Gadang.
Jumlah tiangnya sebanyak 27 buah yang melambangkan enam suku yang
masing-masing terdiri dari ampek jinih (empat unsur pemerintahan adat)
sehingga jumlahnya 24 bagian.
Ditambah tiga unsur dari agama yaitu khatib, imam dan bilal, sehingga jumlahnya menjadi 27. Aroma kuatnya agama Islam di daerah tersebut juga tergambar dari jumlah jendelanya yang 13 buah. Ini untuk mengisyaratkan rukum Shalat yang 13 macam.
Di awal pembangunan masjid tersebut hingga beberapa tahun lalu, pola bangunan yang tidak memakai paku masih dipertahankan. bangunan tersebut tetap kokoh meski tidak satu bagian pun yang dipaku. Tapi hanya menggunakan pasak di setiap sambungannya. Namun hal itu sedikit berubah setelah dilakukan pemugaran, Namun yang jelas ciri khas masjid yang memakai ijuk dengan desain aslinya tetap dijaga.
Ditambah tiga unsur dari agama yaitu khatib, imam dan bilal, sehingga jumlahnya menjadi 27. Aroma kuatnya agama Islam di daerah tersebut juga tergambar dari jumlah jendelanya yang 13 buah. Ini untuk mengisyaratkan rukum Shalat yang 13 macam.
Di awal pembangunan masjid tersebut hingga beberapa tahun lalu, pola bangunan yang tidak memakai paku masih dipertahankan. bangunan tersebut tetap kokoh meski tidak satu bagian pun yang dipaku. Tapi hanya menggunakan pasak di setiap sambungannya. Namun hal itu sedikit berubah setelah dilakukan pemugaran, Namun yang jelas ciri khas masjid yang memakai ijuk dengan desain aslinya tetap dijaga.
Dalam
perkembangannya sebagai tempat pariwisata yang ramai dikunjungi, tak
hanya dari wisatawan lokal tapi juga internasional banyak berkunjung ke
masjid tersebut. Sedsngkan wisata religi yang ditawarkan masjid tersebut
sangat memukau pengunjung. Tidak hanya dari segi arsitektur bangunan
yang unik, tapi juga dari kondisi alam yang memiliki topografi menawan,
Masjid ini berada di lokasi yang berhawa sejuk dan dikelilingi oleh
perkebunan teh. Di samping itu, kontur wilayahnya sangat memukau.
Terdiri dari lembah dan bukit yang saling bertaut dan berkombinasi
sempurna.
Sekilas
Sejarah pembangunan awal Masjid ini dipekirakan sudah berdiri sejak
abad ke 16 tepatnya sekitar tahun 1599, diceritakn oleh panjaga masjid
yang saat itu kami temui menceritakan, bahwa masjid tersebut yang
tadinya direncanakan didirikan didekat jalan raya yang saat ini menjadi
lintas padang alahan panjang.
Kala
itu ketika masjid masih dalam tahap pembangunan terjadi didearah
tersebut bajir bandang atau gelodoh yang melanda di daeah aliran sungai,
sehingga masjid tersebut terbawa oleh air bah, salah satu tiang masjid
yang masih tersisa dan terseret air bah tersebut berhenti ditempat
diamana masjid Tuo Kayu jao saat ini berada.
Karna
pada saat itu ada kesepakan dimana tiang masjid ini berada dan berhenti
dibawa air bah, disanalah akan didirikan masjid tersebut. Sementara
pejaga masjid juga mengatakan pengunjung sealu ramai datang kesini
terlebih bulan ramadan seperti saat ini apa lagi ketika lebaran idul
fitri pengunung akan memadati masjid tersebut.
Rata
– rata pengunjung sangat menikmati ketika beribadah disana, disamping
uadara yang sejuk serta kenyamanan akan menambah kusuknya dalam
beribadah, kata penjaga masjid yang kami temui.
Tak
hanya pengunjung lain , kami jua merasakan hal yang sama ketika
melkukan ibdah solat ashar berjmaah disana. Nah bagimana sahabat POTRET
PERTANIAN, berminat untuk berkunjung di Masjid bersejarah tersebut. Yang
pasti akan merugi jika kita berkunjung ke sumatera barat jika tidak
singgah dan meluangkan waktu dan solat dimasjid TUO KAYU JAO.(Pras)
Poto : Oleh Doni Efendi dan Fuji Swatifa.
Penulis : Prasetyo Budi
Poto : Oleh Doni Efendi dan Fuji Swatifa.
Penulis : Prasetyo Budi