Setiap manusia lahir, berjuang, dan pada akhirnya pergi. Namun yang abadi bukan harta atau jabatan, melainkan rasa dan kebaikan yang kita wariskan.
Tulang Bawang Barat, QBeritakan.com – Oleh Prasetyo Budi
Kehidupan manusia adalah perjalanan panjang dari ketidakberdayaan menuju peran dan pengaruh. Pada awalnya, kita lahir tanpa bekal apa pun, hanya mampu menangis dan menatap dunia yang luas. Tangisan itu menjadi bahasa pertama kita, tanda bahwa kehidupan telah dimulai.
Seiring waktu, manusia belajar berjalan, berbicara, dan menemukan perannya dalam masyarakat. Kemampuan berkembang, harta dikumpulkan, dan tak jarang kita menjadi panutan atau tempat berlindung bagi orang-orang di sekitar. Setiap langkah membawa kita lebih dekat pada pencapaian, pengakuan, dan pengalaman hidup.
Namun, kehidupan bersifat sementara. Pada akhirnya, tubuh tak mampu lagi menahan detak jantung, waktu berhenti, dan segala yang dimiliki perlahan lenyap. Kekayaan, jabatan, bahkan pengaruh sosial hanya tinggal kenangan.
Yang tetap hidup adalah rasa dan kebaikan yang pernah ditanamkan. Kebaikan itu berkembang melalui cerita yang kita tinggalkan, baik yang indah maupun yang penuh luka. Cerita ini menjadi pelajaran berharga bagi mereka yang mengenang kita, mengajarkan tentang keberanian, cinta, kesabaran, dan bahkan penderitaan.
> “Hidup adalah perjalanan singkat di tengah luasnya dunia. Namun setiap kebaikan yang kita lakukan meninggalkan jejak yang bisa terus hidup,” ujar Prasetyo Budi.
Kehidupan mengajarkan bahwa yang abadi bukan materi atau jabatan, tapi cerita dan rasa yang kita wariskan kepada orang lain. Dari cerita itu, generasi berikutnya belajar, terinspirasi, dan menemukan makna hidup mereka sendiri.
Sebagai manusia, penting untuk menyadari bahwa setiap tindakan dan rasa yang kita sebarkan akan meninggalkan dampak. Karena pada akhirnya, kebaikan adalah warisan sejati yang mampu melampaui waktu.


