Makan Terakhir Bersama Ayah | Oleh_Abhenk G-Chaniago

Prasetyo Budi
Kamis, 01 Desember 2022 | Desember 01, 2022 WIB Last Updated 2023-07-16T16:44:41Z

Qberitakan.com - Siang itu pergi bersama ayah, selama diperjalanan ayah lebih banyak bicara. Aku hanya menjadi pendengar yang baik saja, karena ada hal yang membuat ayah begitu marah. Rasa amarahnya diluapkan dengan nada tinggi, aku pun tidak berani membantah pendapatnya dirasa benar. Padahal salah sih, ya aku hafal betul karakter ayah bila sudah marah akan bicara keras dan terkadang keluar jauh dari topik.

Tidak jarang aku pun kena imbas meski tidak tahu menahu masalahnya apa, jengkel juga. Tapi mencoba sabar agar amarahannya semangkin memuncak, sempat salah bicara fatal akibatnya. Aku hanya menggut-manggut seakan paham dan mengerti apa yang dibicarakan sambil terus konsentrasi menyetir.

Namun dengan tiba-tiba ayah melirik dan berkata "Kamu manggut-manggut saja dari tadi, seakan-akan meremehkan apa yang saya bicarakan! Sama saja kalian semuanya, tidak mengerti dengan saya!" Ya salam, tu kan kena juga akhirnya? "Iya ya, saya paham kok ayah. Tapi, ayah jangan ikut marah sama saya. Itukan masalahnya bisa diselesaikan nanti. Sabarlah ayah...."

Ayah tampak masih marah dengan raut wajah cemberut, "Ya sudahlah, tidak ada yang diselesaikan lagi, sudah terlambat. Kesabaran saya sudah abis, kamu sudah makan? Yok makan dulu kita di rumah makan itu nanti!" Makin membingungkan, marah, tapi menawarkan makan? Aku pun tersenyum geli dan tertawa dalam hati "Ha ha, ini ayah maksud apa ya? Marah, tapi ngajakin makan? Ayah... ayah..." Lama-lama gantian saya yang marah nih.

Akhirnya sampai di rumah makan yang disebut ayah tadi, dengan percaya diri penuh ayah memanggil pelayan rumah makan tersebut "Boss, apa saja menu lauk pauk yang ada disini? Bawa kesini ya..." baru kali ini pelayan dipanggil boss, menghargai kali ya. Sang pelayan dengan ramah mengiyakan permintan ayah "Baik pak, minumnya apa pak?"

"Oh... minumannya teh es manis saja ya, biar adem. Suasana lagi panas-panas seperti sekarang enaknya minum yang manis dan dingin-dingin" santai. Wah, ini ayah benaran mau minum teh es manis dengan tulus apa nyindir saya ya? Ya sudahlah, pikiran baik saja.

Tak lama kemudian pesanan pun datang lengkap dengan minuman teh es manis. Ayah terlihat makan begitu lahapnya, aku pun makan sekali menunjuk lauk pauk yang ada dimeja, "Ini enak loh ayah, coba yah enak." Ayah pun mengambilnya dan melanjutkan makan dengan lahap. 

Setelah itu kami pun pulang kerumah, ayah sudah tidak marah dan nada bicaranya sudah menurun tanpa membahas lagi masalah yang membuat beliau marah. Ayah kebanyak bercerita tentang sejarah, agama, adat istiadat, dan cerita masa mudanya.

Akhirnya kami pun sampai dirumah, kakakku pun bertanya keadaan ayah "Gimana ayah, sudah tenang dan santai sepertinya. Emang kamu bicara apa sama ayah?" Penasaran.  "Tidak ada bicara apa-apa saya, cuma menjadi pendengar yang baik ketika ayah melepaskan unek-uneknya, setelah itu makan" bicara pelahan agar tidak terdengar oleh ayah. "Trus sudah aman itu ayah? Nanti ayah kambuh lagi ulahnya..." khwatir. "Sudah aman, dijamin. Intinya ayah saat ini tidak mau dibantah, di iyakan saja apa katanya, dan ikuti maunya apa, end. Hi hi" aku pun tertawa, padahal tadi sempat juga kena imbas kemarahan ayah.

Malamnya aku lagi dan lagi pergi meninggal kan rumah dan kampung halaman, pamit dengan ayah. "Ya, hati-hati dijalan. Jangan ngebut, kalau lelah istirahat dan makan dulu. Ini uang tambah isi bensin" ayah berkata sambil menyodorkan selembar uang lima puluh ribu. "Ya ayah, ayah yang sabar dirumah ya, jangan marah-marah lagi. Kalau ada masalah bicarakan baik-baik, oh iya uangnya simpan saja buat ayah. Uang buat makan dan beli bensin cukup kok" menolak dengan halus uang bensin yang diberikan ayah.

Sebulan kemudian dikabarkan ayah telah tutup usia, aku pun terhenyak lunglai. Ditengah derasnya hujan aku menembus jalanan pulang kampung, sampai di rumah ayah terbujur kaku dan dingin. 

Selamat jalan Ayah.... Semoga amal ibadah ayah diterima oleh Allah SWT dan diampuni segala kesalahan dan dosanya.

Ternyata dihari sebulan lalu adalah hari terakhir makanku bersama ayah. Terima kasih traktirannya Ayah....

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Makan Terakhir Bersama Ayah | Oleh_Abhenk G-Chaniago

Trending Now